Minggu, 04 Oktober 2015

Bhagavadgita Dari Berbagai tafsir Perspektif Teologi



Keyakinan atau agama menjadi tempat/wadah bagi pencarian makna kehidupan di dalam sejarah peradaban manusia. Pencarian makna itu sendiri menimbulkan berbagai jenis persoalan yang menyentuh ruang batin dan pikiran dalam kehidupan baik dalam segala bentuk maupun dimensinya. Jawaban yang ditemukan bagi setiap persoalan yang dihadapi seringkali berbeda-beda. Inilah yang menimbulkan keragaman di dalam kehidupan berkeyakinan dan beragama, ragam itu adalah hasil ketentuan historis yang tidak boleh dipisahkan dari pada pengalaman manusia mencari makna dibalik eksistensinya di dunia atau di muka bumi ini.
Menurut Pudja (1999:3) pemahaman tentang makna dari teologi atau ketuhanan yaitu Theologi atau Brahma vidya adalah ilmu tentang Tuhan. Theos (Bhs. Yunani) berarti Tuhan dan logos (Bhs Yunani) berarti ilmu. Didalam sastra Sanskerta dan berbagai kitab suci Hindu, ilmu yang membelajari tentang Tuhan disebut Brahma Vidya atau Brahma Tattwa Jnana. Kata Brahma dalam hubungan pengetahuan di atas diartikan  Tuhan yaitu gelar yang diberikan kepada Tuhan sebagai unsur yang member kehidupan pada suatu ciptaannya dan dan juga unsur Sabda atau Aksara (Yang Maha Kuasa).
Teologi adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan. Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Para teolog berupaya menggunakan analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama. Teologi memampukan seseorang untuk lebih memahami tradisi keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya, dapat membantu dalam membuat perbandingan antara berbagai tradisi, melestarikan, memperbaharui suatu tradisi tertentu, membantu penyebaran suatu tradisi, menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai alasan lainnya.
Di dalam kaitannya mencari makna dalam suatu keyakinan, teologi merupakan suatu landasan bagi manusia untuk memahami dan mengilhami unsur-unsur ketuhanan. Teologi harus mengacu kepada sifat dan kesalehan dalam kehidupan sosial untuk memahami terhadap arti dan makna bentuk-bentuk esensi ketuhanan tersebut dan sifat teologi konvensional menitik beratkan pada kesalehan individu dengan segala macam ritualnya. Kesalehan individu seperti ini tidak membangkitkan kesadaran terhadap tanggung jawab sosial selaku mahluk yang memiliki Tri Pramana. Sebaliknya Teologi haruslah memberikan makna baru terhadap sradha dan bhakti itu. Sifat sradha dan bhakti yang tidak memisahkan individu dari lingkungan sosialnya. Dalam cara pandang manusia baru ini, keyakinan hidup itu berpusat pada diri dan lingkungan sosialnya.
Secara tradisi, veda diakui sebagai apauruseya. Banyak peneliti mengabaikan kata ini, yang berarti mereka kehilangan pegangan tiang tokoh veda. Apauruseya berarti Veda bukanlah ciptaan manusia biasa tetapi veda adalah wahyu suci Tuhan Yang Maha Esa, yang disampaikan lewat para Maharesi yang memliki tingkat kerohanian dan kesucian yang amat tinggi. Oleh karena itu nama lain dari veda adalah Sruti. Sangan disayangkan kata itu pun banyak diabaikan peneliti atau penekun veda. Sruti berarti wahyu-wahyu yang yang didengar oleh para maharesi dan yang harus diterima dengan cara mendengar dari orang-orang suci (Darmayasa, Tanpa tahun, : 6-7).
Ajaran Hindu memberikan banyak jalan untuk memahami teologi dan esensi tentang Tuhan Yang Maha Esa diantaranya seperti wahyu langsung (Veda Sruti) yang diterima oleh orang-orang suci maupun tertulis atau berupa sastra (Veda Smerti) yang secara keseluruhan disebut dengan veda. Untuk pemahaman veda yang maha luas, maka oleh orang bijaksana/suci dijabarkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu Catur Veda (Reg Veda, Sama Veda, Yajur Veda dan Atharva Veda), Purana, Bhagavadgita, Sarasamuccaya, Upanisad, Manavadharmasastra dll.
Dari berbagai macam pembagian dalam Veda tersebut, yang menarik perhatian penulis yaitu tentang ajaran Teologi atau tentang ketuhanan terkandung di dalam inti sari yang terdapat di dalam Bhagavadgita, yaitu tentang percakapan antara sang Avatar dengan penyembahnya yang mengalami keragu-raguan dalam memahami tentang hakikat asal mula dan akhir dari kehidupan serta tujuan sebenarnya dalam kehidupan itu. Karena didalamnya banyak terkandung makna-makna, filsafat tentang perjalanan suatu kehidupan dan tujuan akhir pencapaian kebahagian rohani.
Bhagavadgita adalah lebih merupakan susastra agama yang klasik daripada sebuah risalah falsafah. Dia bukanlah suatu karya story (cerita) yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu yang sudah di-inisasi saja (sudah menjalani diksa saja), melainkan kumpulan syair yang populer, yang bisa membantu bahkan mereka-mereka yang berkelana diberbagai aneka tempat. Dia memberikan ungkapan kepada berbagai aspirasi dari semua golongan agama yang ingin menapak jalan yang didalam menuju kotanya Tuhan. Kita menyentuh realitas yang paling dalam, dimana orang-orang berjuang, gagal dan juga mencapai kemenangan. Selama berabad-abad, jutaan umat Hindu menemukan hiburan didalam susastra besar ini, yang menjelaskan di dalam ungkapan-ungkapan yang jitu dan dalam, azas-azas utama dari agamarohani yang memang bukanlah didasarkan atas fakta-fakta yang tidak berdasar (Mantik, 2007:1).
Bhagawadgita adalah sebuah bagian dari Mahabharata yang termasyhur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk syair. Dalam dialog ini, Krishna, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah pembicara utama yang menguraikan ajaran-ajaran filsafat Vedanta, sedangkan Arjuna, murid langsung Sri Krishna yang menjadi pendengarnya. Secara harfiah, arti Bhagavadgita adalah “nyanyian ketuhanan” (Bhaga = kehebatan sempurna, van = memiliki, Bhagavan = Yang memiliki kehebatan sempurna, ketampanan sempurna, kekayaan yang tak terbatas, kemasyuran yang abadi, kekuatan yang tak terbatas, kecerdasan yang tak terbatas, dan ketidakterikatan yang sempurna, yang dimiliki sekaligus secara bersamaan).
Syair ini merupakan interpolasi atau sisipan yang dimasukkan kepada Bhismaparwa”. Adegan ini terjadi pada permulaan Bharatayuda, atau perang di Kurukshetra. Saat itu Arjuna berdiri di tengah-tengah medan perang Kurukshetra di antara pasukan Kurawa dan Pandawa. Arjuna bimbang dan ragu-ragu berperang karena yang akan dilawannya adalah sanak saudara, teman-teman dan guru-gurunya. Lalu Arjuna diberikan pengetahuan sejati mengenai rahasia kehidupan (spiritual) yaitu Bhagawadgita oleh Krishna yang berlaku sebagai sais Arjuna pada saat itu.
Penulis Bhagavadgita adalah Sri Krishna Dvipayana Vyasa atau Resi Vyasa. Bhagavadgita merupakan ajaran universal yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia, sepanjang masa. Untuk mengetahui rahasia kehidupan sejati di dunia ini sehingga dapat terbebaskan dari kesengsaraan dunia dan akhirat. Umat Hindu meyakini, Bhagavadgita merupakan ilmu pengetahuan abadi, yakni sudah ada sebelum umat manusia menuliskan sejarahnya dan ajarannya tidak akan dapat dimusnahkan.
Namun dibalik semua itu, di dalam banyak  buku tentang  Bhagavadgita yang teks aslinya berbahasa Sanskerta terdapat karya terjemahan dari berbagai banyak orang, yang tentu saja implikasinya banyak terjadi perubahan makna dan tafsir yang bila dibaca secara seksama terjadi polarisasi dan perubahan makna dari teks. Karya terjemahan itu banyak ditemukan di Indonesia. Baik karya terjemahan Gde Pudja, Maswinara, Srila Prabhupada, Sastri Pendit, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra,  Gusti Ngurah Tamba, S.Radhakrishna dan sebagainya merupakan tokoh-tokoh yang dikatakan memiliki reputasi yang baik dalam pendalaman teologi keagamaan. Persoalannya, apakah semua tokoh di atas memiliki kemampuan bahasa sanskerta sehingga mampu untuk menterjemahkan ataukah hanya menterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia sehingga sebenarnya semua tokoh di atas bukan menterjemahkan dari bahasa Sanskerta  ke bahasa Indonesia?
Terbukti dari sedemikian banyak buku terjemahan Bahagavadgita yang beredar di masyarakat memiliki nuansa dan arti yang kurang lebih tidak sama, makna dan tafsirnya pun berbeda-beda.

Bhagavadgita Dari Berbagai tafsir Perspektif Teologi

         Swami Prabupada (2000), Bhagawadgia menurut aslinya menjadi sebuah pustaka utama yang akan dikaji dalam penelitian ini, yang menguraikan tentang ringkasan isi Bhagavadgita, Karma yoga, Pengetahuan rohani, Karma yoga, Dhyana yoga, Pengetahuan tentang yang mutlak, Cara mencapai kepada yang maha kuasa, Pengetahuan yang paling rahasia, Kehebatan Tuhan yang mutlak, Bentuk semesta, Pengabdian suci bhakti, Alam, kepribadian yang menikmati dan kesadaran, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelusuran peneliti, ada beberapa buku yang menulis tentang konsep dan makna ketuhanan atau teologi dalam ajaran Hindu, yang ada kaitanya dengan ajaran ketuhanan yang ada dalam teks Bhagavadgita, yang bisa dipakai bahan tambahan dalam menganalisis kajian teologi sesuai pandangan dari berbagai tafsir dalam buku Bhagavadgita.
         Berkaitan dengan penelitian yang peneliti ajukan, pustaka atau buku-buku serta tulisan yag relevan dengan pembahasan yang diangkat dalam topik ini yang bisa dipakai bahan tambahan dalam menganalisis kajian teologi yang sesuai dengan teks dalam buku Bhagavadgita, adalah sebagai berikut:
         Mantra (1995) dalam buku terjemahannya yang berjudul “Bhagawadgita” menguraikan tentang arti Bhagavadgita yaitu “Nyanyian Tuhan” atau nyanyian suci. Kitab suci umat Hindu ini adalah bagian dari Bhisma-Parwa dari Mahabharata yang disusun oleh Bhagawan Wyasa. Mengingat isi dari Mahabharata terutama bagian Bhagavadgita, maka juga disebutkan veda yang kelima (Bharatah Pancamo wedah). Isinya adalah pembicaraan antara Sri Krishna dan Arjuna dalam medan perang Kuruksetra dimana berhadapan antara saudara Pandawa dan Korawa. Pembicaran ini dibukukan dalam 700 sloka.
         Bhagavadgita memulai dengan pertanyaan dari Prabu Dhritarashtra pada Sanjaya mengenai perkembangan di medan perang Kuruksetra. Sanjaya dengan seksama menguraikan semua kejadian dalam hubungan dengan peperangan antara Pandawa Dan Korawa.
         Tamba (1991) dalam bukunya terjemahan yang berjudul “Gita Yang Diterangkan” menguraikan atau menjelaskan tentang Arjuna Vishada Yoga, Sankhya yoga, Karma yoga, Jnana Vibhaga yoga, Karma Sannyasa yoga, Adhyatma yoga, Jnana yoga, Akshara Brahma yoga, Raja Vidya Raja Guhya yoga, dan Vibhuti yoga.
         Pudja (2010) dalam buku terjemahannya yang berjudul “Bhagavadgita” menjelaskan yaitu Bhagavadgita adalah bagian dari Bhisma Parwa dari Mahabharata sehingga dapat disimpulkan Bhagavadgita adalah bagian terkecil dari Veda kelima. Pentingnya kitab Bhagavadgita ini adalah karena isinya merupakan puncak dari ajaran agama Hindu yang secara umum Bhagavadgita adalah satu suplemen dalam mempelajari kitab Catur Veda atau Sruti.
         Mantik (2007) dalam bukunya yang berjudul “ Bhagavadgita” menguraikan tentang pengertian Bhagavadgita yang merupakan susastra agama yang klasik daripada dari sebuah risalat falsafah, Kegundahan dan keraguan Arjuna, yoga pengetahuan, karma yoga, jnana yogaatau jalan pengetahuan, pelepasan yang sesungguhnya, dhyana yoga, Dhyana yoga, tuhan dan alam semesta, jalan dari evolusi kosmis, yang maha kuasa lebih besar dari ciptaannya, tuhan adalah sumber dari semuanya, memahami dia berarti semuanya, bentuk semesta, sembah kepada kepribadian tuhan lebih baik daripada Samadhi kepada yang mutlak, raga jasmani yang disebut medan jiwa yang disebut yang mengerti tentang medan dan pembedaan diantara keduanya, bapa gaib dari semua mahluk, pohon kehidupan, sifat dari pikiran yang berwawasan dewata dan asura, dan triguna diterapakan kepada fenomena agama.

         Bertitik tolak dari hasil karya yang telah ada, ternyata masih banyak celah dari teks-teks terjemahan Bhagavadgita tersebut yang belum mendapat perhatian terutama dalam analisa terjemahannya dari bahasa Sanskerta kedalam bahasa Inggris hingga kedalan bahasa Indonesia memiliki arti dan makna yang berbeda-beda sehingga menimbulkan berbagai tafsir. Celah-celah yang belum mendapat perhatian inilah nantinya akan dikaji secara kompresensif, sehingga diperoleh hasil sesuai dengan judul yang dikemukakan.
        

Konsep Bhagavadgita

          
         Pudja (2010) menjelaskan tentang makna dari konsep tentang Bhagavadgita yaitu nyanyian Devata, adalah salah satu suplemen kitab Veda. Ia sering menamakan sebagai Veda kelima, Pancamo Veda. Tidak jelas mengapa dinamakan demikian, karena kalau dilihat dari aspek kodifikasi kitab suci agama Hindu yang disebut Veda, secara tradisional disebut catur Veda.
         Bhagavadgita adalah sebagai Pancamo Veda yang bersifat suplemen. Penggunaan istilah Upanisad pada beberapa bab di dalam Bhagavadgita menujukan bahwa Bhagavadgita adalah sebuah Upanisad dan Upanisad itu sendiri adalah Veda yang tergolong sruti. Dengan menunjukan itu tidaklah keliru menyimpulkan beberapa pemikir Hindu yang mengatakan Bhagavadgita adalah Veda ke lima.
         Bhagavadgita adalah ajaran mistik. Ilmu mistik di dalam agama Hindu dikenal dengan Raja Yoga, bertujuan untuk menguak tabir rahasia ketuhanan sehingga dengan demikian mudahlah bagi umatnya melaksanakan jalan lintas itu menuju kekekalan Brahman atau Nirvana Brahman atau Moksa. Ini pula yang menyebabkan Bhagavadgita dikenal sebagai kitab Gita Rahasia.
         Bhagavadgita adalah kitab Yoga karena semua bab  disebut ajaran Yoga. Yoga adalah satu sistim dan juga satu metode menghubungkan diri atau ber-sembah kepada Tuhan agar mendapat rahmat dari padanya.
         Bhagavadgita adalah kitab Tattva Darsana yang membahas konsepsi filsafat Samkhya dan Yoga, dan karena itu cara pandang penyajian materinya mendekati sistem filsafat Samkhya dan Yoga. Istilah ini pin disebut didalam Bhagavadgita itu.
         Radakrishna (2007) menjelaskan tentang Bhagavadgita adalah lebih merupakan susastra agama yang klasik daripada sebuah risalat falsafah. Dia bukanlah suatu karya esoteris yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu yang sudah di-inisiasi saja ( sudah menjalankan diksa saja), melainkan kumpulan syair yang popular, yang bisa membantu bahkan mereka-mereka “yang berkelanadi berbagai aneka tempat”. Dia memberikan ungkapan kepada berbagai aspirasi dari semua golongan agama yang ingin menapak jalan yang didalam menuju kotanya Tuhan. Kita menyentuh realitas yang paling dalam, dimana orang-orang berjuang, gagal dan juga mencapai kemenangan. Selama berabad-abad, jutaan umat Hindu menemukan hiburan didalam susastra besar ini, yang menjelaskan didalam ungkapan ungkapan yang jitu dan dalam, azas-azas utama dari agama rihani yang memang bukanlah didasarkan atas fakta-fakta yang tidak berdasar, dogma yang tidak ilmiah atau khayalan yang semena-mena.
         Darmayasa (tanpa tahun) menguraikan bahwa pada akhirnya kita juga dihadapkan pada sebuah Veda lima (Pancamo Veda). Mengenai sebutan Pancamo Veda, memang tidak disebutkan di dalam Rg, Yajur, Sama, maupun Atharva Veda. Yang banyak menyebutkan istilah ini adalah Purana-purana, dan Itihasa. Yang disebut dengan Pancamo Veda adalah Catur Veda ditambah Bhagavadgita, yang terdapat didalam kitab Mahabharata dan sekaligus merupakan inti sari dari kitab Mahabharata, sehingga dikatakan “Mahabharata pancamo veda”.
        
Menurut penjelasan ini, Bhagavadgita disabdakan langsung oleh Tuhan sendiri, Sri Krishna kepada Arjuna. Dengan demikian sebagaimana  dengan catur Veda, Bhagavadgita juga disebut Sruti (Wahyu Suci), inti sari dari segala kitab suci (sarva-sastra mayi gita).
         Dari keseluruhan literature Veda yang amat banyak dan luas tersebut, diyakini bahwa Bhagavadgita adalah sari-sarinya (sarva sastra mayi gita). Bagi orang kebanyakan zaman sekarang, kitab Bhagavadgita yang hanya terdiri dari 700-an sloka ini saja tak sempat dibaca. Saying memang. Paling tidak, dengan menuliskan daftar buku-buku Veda tersebut di atas, kita dapat melihat bahwa Veda  memang sesungguhnya kitab Wahyu adanya, maha luas, mencakup segala bidang permasalahan hidup dan juga ia tidak berisikan sesuatu yang bersifat sempit dan terbatas

DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke  Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Darmayasa, I Made. Tanpa Tahun. Studi Ringkas Catur Veda.  Yayasan Dharma Sathapanam.
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT Grasido.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat Paradigma Bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum, dan Seni. Jakarta: Paradigma.
Koentjraningrat, 1980. “Sejarah Teori Antropologi 1”. Jakarta: Universitas Indonesia.
Komaruddin, 1984. Kamus Istilah Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa.
Mantik, Agus S. 2007. Bhagavad Gita. Surabaya: Paramita.
Mantra, I.B. 1995. Bhagawadgita. Milik Daerah Tingkat I Bali.
Menaka, I Made. 1990. Bhagavadgita. Singaraja: Yayasan Kawi Mandala.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Poerwadarminta, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Pudja, Gde. 2010. Bhagawad-Gita. Surabaya: Paramita.
Pudja, Gde. 1999. Teologi Hindu (Brahma Widya). Surabaya: Paramita.
Prabhupada, Swami. 2000. Bhagavad-Gita Menurut Aslinya. Jakarta: Hanuman Sakti.
Redana, I Made. 2006a. Hand-Book Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri.
Redana, I Made. 2006b. Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah dan Proposal Riset Dilengkapi Contih Proposal Riset. Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri.
Sudharta, Tjok. Rai. 2007. Ajaran Moral Dalam Bhagawad Gita. Surabaya: paramita.
Sudarto. 2002. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Tim Penyusun. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Titib, I Made. 2001. Teologi & Sombol-simbol Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.
Titib, I Made. 2004. “Dainika Upanisad”Doa Umat Hindu Sehari-hari. Surabaya: Paramita

2 komentar:

  1. Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong

    BalasHapus
  2. How to make money from Bet365 - Work
    How to make money from Bet365. What is the best way to make money from Bet365? This guide หาเงินออนไลน์ explains what makes betting on sports so appealing.

    BalasHapus