Senin, 05 Oktober 2015

Kajian Teologi Pura Goa Giri Putri Nusa Penida


Agama merupakan pandangan hidup dan kepercayaan yang sifatnya absolut dan tidak dapat diperdebatkan. Agama merupakan wahyu yang diturunkan oleh Tuhan yang berisikan pedoman bagi manusia dalam berpikir, berkata maupun bertingkah laku, atau dengan kata lain agama merupakan the way of live. Didalam mempelajari tentang Ketuhanan sebagaimana diungkapkan dalam kitab Brahma Sutra I.1.1.,merupakan hal yang amat penting dan perlu karena dengan mengenal TUHAN secara tepat dan baik, dinyatakan sebagai jalan yang dapat mengantar manusia kepada jalan kesempurnaan sampai kepada moksa atau nirvana. Surga dan neraka, moksa dan samsara mempunyai arti dan hubungan yang erat sekali dengan ajaran Ketuhanan baik dalam penghayatan maupun pengamalannya (Gede Pudja, 1999 ;1).
      Indonesia  adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak pulau-pulau yang terpisah oleh laut dari barat sampai timur pada masa kerajaan zaman dahulu yang bernama nusantara, yang disatukan oleh maha patih Gajah Mada pada masa kejayaan Majapahit. Belakangan Negara kesatuan ini yang sebelum nusantara sekarang menjadi Indonesia, menurut peneliti I.B. Puniatmaja yang sekarang sudah menjadi sulinggih mengatakan dalam sebuah Dharma Wacananya bahwa Indosesia terdiri dari dua kata yaikni Indo dan Nesia. Nesia artinya pulau-pulau, sedangkan Indo adalah berarti Hindu. Jadi lebih jelas penuturan beliau, Indonesia adalah pulau-pulau (sebelum masuknya pengaruh agama Islam di Indonesia terutama di pulau Jawa yang menjadi tomggak awal munculnya agama Islam di Nusantara).
      Salah satu pulau yang terbesar di Nusantara atau Indonesia yang merupakan pulau Hindu yang terbesar yaitu pulau Bali. Dimana konsep Hindu yang memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dipuja dalam berbagai aspek beliau di tempat-tempat suci yakni diantaranya Pura. Oleh karena pulau ini dikenal sebagai pulau seribu Pura. Pulau Bali sangat tersohor sampai ke mancanegara, karena banyaknya parhyangan yang memagari atau membentengi pulau Bali ini.

Minggu, 04 Oktober 2015

Bhagavadgita Dari Berbagai tafsir Perspektif Teologi



Keyakinan atau agama menjadi tempat/wadah bagi pencarian makna kehidupan di dalam sejarah peradaban manusia. Pencarian makna itu sendiri menimbulkan berbagai jenis persoalan yang menyentuh ruang batin dan pikiran dalam kehidupan baik dalam segala bentuk maupun dimensinya. Jawaban yang ditemukan bagi setiap persoalan yang dihadapi seringkali berbeda-beda. Inilah yang menimbulkan keragaman di dalam kehidupan berkeyakinan dan beragama, ragam itu adalah hasil ketentuan historis yang tidak boleh dipisahkan dari pada pengalaman manusia mencari makna dibalik eksistensinya di dunia atau di muka bumi ini.
Menurut Pudja (1999:3) pemahaman tentang makna dari teologi atau ketuhanan yaitu Theologi atau Brahma vidya adalah ilmu tentang Tuhan. Theos (Bhs. Yunani) berarti Tuhan dan logos (Bhs Yunani) berarti ilmu. Didalam sastra Sanskerta dan berbagai kitab suci Hindu, ilmu yang membelajari tentang Tuhan disebut Brahma Vidya atau Brahma Tattwa Jnana. Kata Brahma dalam hubungan pengetahuan di atas diartikan  Tuhan yaitu gelar yang diberikan kepada Tuhan sebagai unsur yang member kehidupan pada suatu ciptaannya dan dan juga unsur Sabda atau Aksara (Yang Maha Kuasa).

Ajaran Shiva dalam Siwa Sesana di Bali




Agama merupakan pandangan hidup dan kepercayaan yang sifatnya absolut dan tidak dapat diperdebatkan. Agama merupakan wahyu yang diturunkan oleh Tuhan yang berisikan pedoman bagi manusia dalam berpikir, berkata maupun bertingkah laku, atau dengan kata lain agama merupakan the way of live. Didalam mempelajari tentang Ketuhanan sebagaimana diungkapkan dalam kitab Brahma Sutra I.1.1.,merupakan hal yang amat penting dan perlu karena dengan mengenal TUHAN secara tepat dan baik, dinyatakan sebagai jalan yang dapat mengantar manusia kepada jalan kesempurnaan sampai kepada moksa atau nirvana. Surga dan neraka, moksa dan samsara mempunyai arti dan hubungan yang erat sekali dengan ajaran Ketuhanan baik dalam penghayatan maupun pengamalannya (Gede Pudja, 1999 ;1).
      Ajaran Siva/Saiva merupakan satu cabang dari agama, dimana gambaran perbedaannya adalah pemujaan bentuk phalus dari Siva. Saiva sebagai satu agama telah ada sejak jaman pra sejarah, terbukti dari hasil penggalian arkeologi yang di temukan di Harappa dan mahenjodaro dan memiliki sejarah yang berlanjut paling kurang 5.000 tahun lamanya. Simbul phallus dari Siva seperti yang diketemukan pada reruntuhan peradaban lembah sungai Indus, yang bahkan hingga saat ini merupaka objek pemujaan diantara para pengikut aliran Saiva, yang merupakan keyakinan hidup di seluruh bagian India (I Wayan Maswinara, 2006 : 213).

Kamis, 01 Oktober 2015

Optimisme Keyakinan dalam Ajaran Filsafat SAMKHYA dan BUDDHA



           Didalam Hindu ada enam filsafat yang dikenal dengan sebutan Sad Darsana yaitu tentang enam pandangan filsafat Hindu yang terdiri dari Vaisiseka, Samkhya, Yoga, Purwa Mimamsa, Wedanta. Baca juga artikel sebelumnya Samkhya; Filsafat yang Mengajarkan Optimisme



Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika merupakan kelompok aliran yang tidak mengakui kitab Veda, sedangkan kelompok Astika sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat seperti yang dijelaskan diatas. Diluar keenam Astika diatas, terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak mengakui otoritas dari Veda, yaitu: Buddha, Jaina dan Carvaka.
Filsafat yang muncul di India merupakan bagian yang sejalan dengan agama. Dengan melihat eratnya hubungan agama dan filsafat India, maka filsafat India bersifat religius  dengan menonjolkan aspek-aspek bersifat metafisik, yaitu hakekat ketuhanan dan alam semesta sebagai bahan utama dalam pembahasan.

Samkhya; Filsafat yang Mengajarkan Optimisme



Filsafat India sering disebut dengan istilah Darsana. Didalam Hindu ada enam filsafat yang dikenal dengan sebutan Sad Darsana yaitu tentang enam pandangan filsafat Hindu. Secara Epistemologi Filsafat yang mengkaji keberadaan sesuatu tentang sumber dan kebenaran pengetahuan (episteme), batas-batas pengetahuan, struktur pengetahuan dengan Logika, kebenaran dan Filsafat Ilmu. Secara Ontologi Filasafat yang mengkaji “keberadaan sesuatu” baik kongkrit (fisis), abstrak (metafisis) sejauh sesuatu itu ada.
Sad Darsana terdiri dari enam bagian filsafat yang meliputi :
  1. Nyaya, Pendiri ajaran ini adalah Rsi Gotama. Kadang-kadang beliau juga memakai Aksapada atau Dirghatapa. Pokok ajaran Nyaya adalah logika (Tarka Veda). 
  2. Vaisiseka, Pendirinya adalah Rsi Kanada. Beliau juga dikenal dengan nama Kanabhaksaka. Vaisiseka mengajarkan tentang pengetahuan yang menuntut orang untuk realisasi sang diri. 
  3. Samkhya, Menurut tradisi yang mula-mula mengajarkan ajaran Samkhya ialah Rsi Kapila. Samkhya mengajarkan ajaran yang sistematis tentang proses perkembangan kejadian alam semesta.  
  4. Yoga, Pendiri ajaran ini adalah Rsi Patanjali. Yoga mengajarkan latihan mengendalikan badan dan pikiran untuk mencari tujuan terakhir yang disebut samadhi. 
  5. Purwa Mimamsa, Ajaran Mimamsa didirikan oleh Rsi Jaimini. Ajaran ini mengajarkan tentang dasar-dasar ajaran dharma, lebih menekankan kepada ritual dan etika dari pada filsafat.
  6.  Vedanta (Wedanta), bagian akhir dari Weda ajaran ini disebut juga Utara Mimamsa Vedanda, merupakan puncak filsafat india yang berdasarkan atas ajaran Upanisad Pokok ajaran Vedanta ialah membicarakan hubungan antara Tuhan dengan dunia, antara Atma dengan Paramatma. Tokoh pendiri Vedanta adalah Rsi Badrayana didalam kitab Bhagavadgita, Vedanta disebut Brahma Sutra.

Dewa Ganesh dalam Tradisi Bali




Berkaitan dengan ketuhanan dalam agama hindu, akan memunculkan berbagai pertanyaan. Pertanyaan awal yang menarik terkait dengan ketuhanan agama Hindu adalah  Apakah Tuhan Agama Hindu mempunyai wujud? Hal ini terkait dalam sistem pemujaan agama Hindu para pemeluknya membuat bangunan suci, arca (patung-patung), pratima, pralinga, mempersembahkan bhusana, sesajen dan lain-lain. Hal ini menimbulkan prasangka dan tuduhan yang bertubi-tubi dengan mengatakan umat Hindu menyembah berhala.

Agama Hindu sebagai agama tertua di dunia, setidak-tidaknya mempunyai gudang ajaran yang tidak mudah dimengerti sebagai akibat pertumbuhan dan perpaduan dari berbgai tradisi yang berkembang di berbagai wilayah yang luas tanpa terkendalikan. Beberapa perbedaan konsep dan pengertian telah berkembang sebagi akibat perbedaan cara berpikir dan cara penafsirannya atas satu pokok keimanan yang sama tentang Tuhan dan Dewa-Dewa. Oleh karena itu , menjadi satu keharusan yang tidak dapat dielakan untuk mempelajari pokok-pokok pengertian tentang Ketuhanan dan Dewa-Dewa sebagai keimanan dalam sistem penghayatan sebagaimana kita jumpai dalm berbagai ungkapan dalam Veda.